Melepas Rindu
Untuk kesekian kalinya rindu ini hanya mampu menerawang dan memandang
dari kejauhan. Melihatmu pergi semakin menjauh. melepasakanmu untuk yang
terakhir kalinya. Dan aku masih berharap setelah kepergianmu, engkau
masih memandangku di antara embun dan merindu bersama pagi. Walau yang
ku dapatkan hanya bersahabat dengan gemercik pilu di antara hujan yang
mulai tak menghiraukan tentangmu lagi. hanya rasa dingin menyambut
mencoba membekukan rasaku. karena sesakit apapun aku terjatuh, akan ada
saat rasa sakit itu akan mencair pula. menjadi tetesan sesal yang akan
tenggelam dan terbenam jauh ke dasar bumi. biarlah, aku sendiri yang
mengharapkan itu. karena rasa sakit akan memberiku arti bahwa bahagia
akan ada akhirnya jua.
Sesekali aku berdiri di antara pagi, menanti kenangan-kenangan yang sudah terkubur berharap melintas walau sekejap. begitu menyesakkan, tetapi semakin tak mampu untuk ku hindari. karena aku merindu pada sesuatu yang telah berlalu. ceritamu seakan masih terngiang dan terekam sempurna, tak ada durasi yang ku lewatkan untuk mendengarkannya. aku terlalu naif untuk melakukannya kembali. biarlah terurai sebagaimana mestinya. sakit akan segera sembuh, jika tak sembuh jua biarlah semakin dalam hingga membunuh rasa ini. Agar aku tak mampu lagi merasakan rindu yang semakin menyesakkan nafasku.
Tak terasa sudah bertahun lamanya, setelah terakhir kali aku menikamati betapa manis senyumanmu, betapa indah matamu. Dan hari ini kembali memutar kembali kenangan itu. engkau masih indah seperti biasanya dalam kenanganku. tetapi perlahan mataku tak mampu menyaksikannya lagi. Engkau memudar seiring senja di sore itu, melepas kepergianmu. Yang ku pandangi hingga tak lagi terlihat. Aku melepas rindu untukmu.
Untuk kesekian kalinya biarlah ini berlalu, karena rindu tak mesti untuk tersampaikan. cukup memohon yang terbaik untukmu, menyisipkan namamu dalam setiap do’aku, dan melepasmu seiring pagi beriringan embun membasahi pilu dengan tertahan rindu.
Sesekali aku berdiri di antara pagi, menanti kenangan-kenangan yang sudah terkubur berharap melintas walau sekejap. begitu menyesakkan, tetapi semakin tak mampu untuk ku hindari. karena aku merindu pada sesuatu yang telah berlalu. ceritamu seakan masih terngiang dan terekam sempurna, tak ada durasi yang ku lewatkan untuk mendengarkannya. aku terlalu naif untuk melakukannya kembali. biarlah terurai sebagaimana mestinya. sakit akan segera sembuh, jika tak sembuh jua biarlah semakin dalam hingga membunuh rasa ini. Agar aku tak mampu lagi merasakan rindu yang semakin menyesakkan nafasku.
Tak terasa sudah bertahun lamanya, setelah terakhir kali aku menikamati betapa manis senyumanmu, betapa indah matamu. Dan hari ini kembali memutar kembali kenangan itu. engkau masih indah seperti biasanya dalam kenanganku. tetapi perlahan mataku tak mampu menyaksikannya lagi. Engkau memudar seiring senja di sore itu, melepas kepergianmu. Yang ku pandangi hingga tak lagi terlihat. Aku melepas rindu untukmu.
Untuk kesekian kalinya biarlah ini berlalu, karena rindu tak mesti untuk tersampaikan. cukup memohon yang terbaik untukmu, menyisipkan namamu dalam setiap do’aku, dan melepasmu seiring pagi beriringan embun membasahi pilu dengan tertahan rindu.
Komentar
Posting Komentar