Cerita di Balik Senja

Senja menguning kembali seperti biasanya, membawa cerita dan kenangan tentangmu. Senyummu terngiang di antara dedaunan yang jatuh setiap sorenya dari pohon-pohon yang menitipkan rinduku padamu. Binar matamu yang selalu terbias dalam pandanganku. Mengintip dari sisi yang berbeda, hingga tak mampu ku pahami bahasa hatimu. Dan aku selalu menemukanmu dalam ingatanku, beriringan dengan sajak puisi yang selalu ku tulis dalam lembaran tentangmu. Sesakali aku terdiam dalam waktu yang lama, lalu sejenak aku benar-benar merindu. Seseorang yang bersikeras bertahan, agar tak mencoba membuka tabir hatimu. Ku sadari bukan seorang romeo yang hadir saat ini, atau seorang pangeran tampan yang mengulurkan tangannya mencoba merangkulmu. Hanya seorang yang biasa saja, mencoba hadir dalam hidupmu. Memberi makna, membuka rasa, dan membangun taman baru. Dengan benih kasih yang mulai tumbuh perlahan di balik bunga-bunga rindu. Tetapi masih enggan engkau menyapaku di balik senyum. Menyiraminya dengan air mata rindu. Masa lalu menjadi alasan, pertemuan pasti akan memberi perpisahan. Dan ragu seakan membumbung dalam benakmu, di sana tak ada rindu, tak ada senyum, dan puisi tergores namaku. Tetapi tahu kah di sini aku merindu di antara senja, tersenyum di antara bunga-bunga kasih, dan melukis namamu dalam dalam setiap puisi yang ada. 

Seiring putaran waktu, ku sadari insan yang ku puja memudar dari pandanganku, ia perlahan hilang, sayu, redup dan layu. Rindu ini benar-benar menyiksa. Hatimu begitu kokoh untuk sebuah pendirian. Aku hanya mampu menemukan kasihmu lewat mimpi. Tak lebih dari khayalanku saja. Dan kenyataan bagimu, aku hanya butiran debu di antara debu-debu yang menempel pada daun-daun yang jatuh setiap sorenya. Suatu saat akan tersisihkan, dan hilang begitu saja. Tanpa sebuah cerita dan kenangan. Seiring senja semakin redup, semakin pula aku tak mampu memandangmu lagi. Dan semakin hari aku merindu, semakin hari pula engkau menjauh. 

Aku tenggelam dan larut dalam buaian ku sendiri, sebatas mengagumi dan tak mampu menjangkau sinarmu. Mata ini hanya mengamatimu dari kejahuan, menikmati bahagiamu walau tak ada sedikitpun bahagia yang coba kau sisihkan. Lalu mimpi menghempasku pada sebuah arti, bahwa kasih tak harus memiliki. Cukup menyayangimu di balik rindu, melukismu dalam hati, dan memohon kebahagianmu setiap kali senja mulai memudar. Ku sadari bahwa hati perlu belajar ikhlas menerima, melepas, dan memohon terbaik untukmu, senja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Suatu Senja

Melepas Rindu